Oktober 21, 2025

Bbapsitubondo : Menelusuri Keindahan Laut & Keindahan Alam di Seluruh Dunian

Menikmati spot-spot di dunia dengan view paling indah dan menakjubkan

Kenapa Kita Tidak Boleh Menggunakan Baju Hijau di Laut Selatan?

Larangan memakai baju hijau di kawasan Laut Selatan, terutama di Pantai Parangtritis atau Pantai Selatan Jawa, bukan sekadar mitos biasa. Bagi masyarakat Jawa, khususnya yang tinggal di wilayah pesisir selatan, hal ini berakar kuat dalam budaya, kepercayaan, dan cerita turun-temurun yang dipercaya sejak ratusan tahun lalu. Meski tak sedikit yang menganggapnya tak lebih dari kepercayaan lokal, larangan ini tetap dijunjung dan dihormati oleh banyak orang hingga kini.

Larangan tersebut berhubungan erat dengan sosok legendaris dalam budaya Jawa, yaitu Nyi Roro Kidul, sang Ratu Pantai Selatan. Dalam berbagai kisah, Nyi Roro Kidul digambarkan sebagai penguasa alam gaib laut selatan yang memiliki kekuasaan besar dan dihormati oleh banyak kalangan, termasuk para raja Mataram di masa lalu. Ia kerap digambarkan mengenakan kebaya hijau, dan warna hijau dipercaya sebagai warna kesukaan atau warna sakral milik sang Ratu.

Masyarakat meyakini bahwa mengenakan pakaian berwarna hijau di Laut Selatan sama saja dengan “menantang” atau “menarik perhatian” Nyi Roro Kidul. Konon, orang yang melanggar larangan ini berisiko mengalami hal buruk, mulai dari terseret ombak, hilang di laut, atau bahkan “diambil” oleh sang Ratu ke alam gaib. Oleh karena itu, warna hijau di pantai selatan bukan hanya dianggap pantangan, tapi juga bentuk rasa hormat terhadap kekuatan alam dan budaya lokal.

Dari sudut pandang budaya, larangan ini merupakan slot qris 5k bagian dari kearifan lokal masyarakat pesisir selatan yang menjaga keharmonisan antara manusia dan alam. Cerita-cerita gaib seputar Nyi Roro Kidul dan larangan berpakaian hijau bisa dianggap sebagai bentuk perlindungan terhadap keselamatan manusia, terutama mengingat ganasnya ombak Laut Selatan. Dengan ombak besar dan arus bawah laut yang kuat, pantai-pantai selatan memang dikenal berbahaya. Mitos ini secara tidak langsung mengingatkan orang untuk berhati-hati dan tidak sembarangan saat berada di laut.

Di sisi lain, dari perspektif modern, larangan ini juga sering dijadikan bahan diskusi antara budaya dan sains. Beberapa orang mencoba menjelaskan secara logis bahwa warna hijau, terutama jika menyerupai warna air laut, bisa membuat seseorang lebih sulit terlihat jika terseret ombak atau tenggelam. Namun, kepercayaan budaya tetap menjadi alasan utama kenapa larangan ini terus dipatuhi.

Meski zaman sudah berubah, larangan mengenakan baju hijau di pantai selatan tetap hidup sebagai bagian dari warisan budaya yang kaya makna. Bagi wisatawan atau siapa pun yang berkunjung ke wilayah tersebut, menghormati kepercayaan lokal adalah bentuk etika sosial dan penghargaan terhadap tradisi setempat.

Akhirnya, memakai atau tidak memakai baju hijau mungkin terlihat sepele. Namun dalam konteks budaya dan spiritualitas masyarakat Jawa, itu adalah simbol penghormatan terhadap kekuatan alam, leluhur, dan nilai-nilai yang menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan dunia tak kasat mata.

BACA JUGA: Laut Sunda Kelapa: Saksi Sejarah dan Jantung Maritim Jakarta

Share: Facebook Twitter Linkedin

Comments are closed.