2025-02-04 | admin9

Jalan Buntu Melindungi Kehidupan Laut Lepas

Darilaut – Diplomasi putaran kelima untuk melindungi kehidupan di laut lepas usai dengan jalan buntu. Diplomat dari pelbagai negara gagal mencapai kesepakatan tentang perjanjian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melindungi kehidupan laut lepas.

Mengutip Associated Press (AP) negosiasi di markas besar https://www.braxtonatlakenorman.com/ PBB di New York dihentikan pada Sabtu (27/8) pagi menyusul pembicaraan dua minggu yang diinginkan para pencinta lingkungan akan menutup celah dalam langkah-langkah perlindungan laut internasional.

Sebuah perjanjian yang diusulkan akan memastikan peraturan untuk melindungi keanekaragaman hayati di dua pertiga wilayah laut dunia yang berada di luar yurisdiksi nasional.

Kurang dari 1% laut lepas dilindungi tanpa perjanjian baru, dan “kantong perlindungan laut tak cukup” untuk spesies yang terancam, kata Maxine Burkett, Wakil Pembantu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang turut dalam negosiasi.

Tujuan global ialah menyisihkan 30% dari wilayah laut sebagai semacam suaka laut.

Kesehatan Laut

Kesehatan laut juga ialah kunci untuk memerangi perubahan iklim sebab lebih dari 90% panas berlebih dari perubahan iklim diresapi oleh laut. Gelombang panas laut semakin sering terjadi.

“Lautan tak dapat menunda lebih lanjut,” kata Burkett.

Di Karibia, “mata pencaharian kami secara lantas bertumpu pada kesehatan laut,” kata Janine Felson, Duta Besar Belize untuk PBB.

Baca Juga : Panorama Bawah Laut Indonesia yang Cocok untuk Libur Musim Panas

Diskusi berkonsentrasi pada bagaimana berbagi manfaat dari kehidupan laut, membangun wilayah lindung, mencegah bahaya dari aktivitas manusia di laut lepas dan untuk membantu negara-negara miskin memperoleh keterampilan dan sarana untuk eksplorasi laut.

Para aktivis menyatakan kekecewaan atas kegagalan mencapai kesepakatan melainkan mengatakan pembicaraan menghasilkan beberapa kemajuan.

Laura Meller, yang memimpin kampanye perlindungan laut Greenpeace, menuduh negara-negara kaya seperti Amerika Serikat terlalu lambat untuk berkompromi.

“Rusia juga telah menjadi penghalang utama dalam negosiasi, menolak untuk terlibat dalam progres perjanjian itu sendiri, atau mencoba untuk berkompromi dengan Uni Eropa dan banyak negara lain dalam pelbagai persoalan,” kata Meller.

Diskusi akan dilanjutkan tahun depan, kecuali sesi darurat khusus dipanggil sebelum akhir 2022.

Pembantu Menteri Luar Negeri AS Monica Medina juga menyampaikan kekecewaannya melainkan menyatakan harapan bahwa pekerjaan yang dilakukan sejauh ini akan terus berlanjut.

Medina mengatakan Amerika Serikat tetap berjanji untuk tujuan melindungi setidaknya 30% dari lautan dunia pada tahun 2030.

“Kita tak dapat mengizinkan pasang surut dan arus menunjang kita mundur. Kita harus terus berjalan,” kata Medina.

Sebelumnya, pada bulan Maret tahun ini negosiasi perjanjian laut lepas gagal mencapai kesepakatan.

Mengutip AFP (19/3/2022) negosiasi putaran keempat semenjak 2018 – didahului oleh satu dekade pembicaraan pendahuluan – dimaksudkan untuk menghasilkan cadangan laut yang luas untuk mencegah hilangnya keanekaragaman hayati, mengawasi perikanan skala industri dan berbagi “sumber energi genetis” laut.

“Kami belum sampai pada akhir pekerjaan kami,” kata presiden konferensi Rena Lee, seorang diplomat dari Singapura, dikala negosiasi Maret lalu.

“Saya yakin dengan janji, ambisi, dan dedikasi yang berkelanjutan, kita akan sanggup membangun jembatan dan menutup celah yang tersisa.”

Presiden High Seas Alliance, Peggy Kalas, mengatakan seluruh upaya harus dicurahkan dalam beberapa bulan mendatang untuk mengamankan perjanjian yang telah lama ditunggu-tunggu ini pada tahun 2022.

High Seas Alliance ialah sebuah koalisi lebih dari empat puluh LSM besar dan Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).

Sebagian negara dan banyak golongan lingkungan telah menyerukan setidaknya 30 persen lautan dunia untuk diberikan status dilindungi, target yang juga akan dibahas pada pembicaraan keanekaragaman hayati PBB akhir tahun ini.

Menurut High Seas Alliance, kurang dari satu persen lautan lepas yang mendapatkan status itu.

Share: Facebook Twitter Linkedin